Rabu, 10 September 2014

BIWA HASIL CANGKOKAN CEPAT BERBUAH (3)



SEJAUH ini, kata Kepala Kebun Percobaan Hortikultura Berastagi, Edison, dalam perbanyakan tanaman biwa, pihaknya melakukannya dengan dua cara, yakni melalui biji dan sambung/cangkok. Kedua cara ini memiliki keuntungan yang berbeda.
Dengan biji, akar tanaman lebih dalam atau lebih kuat sehingga tidak mudah roboh ketika ditiup angin, kemudian lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Hanya saja yang menjadi kelemahannya adalah masa produksinya lebih lambat. "Untuk bisa berbuah waktu yang dibutuhkan sekitar lima tahun," ucapnya.
Sedangkan perbanyakan tanaman melalui sambung atau cangkok masa produksinya lebih cepat. "Umur tanaman sekitar 3,5 tahun sudah bisa berbuah, namun kelemahannya akar tanaman tidak terlalu kuat dan mudah diserang hama penyakit," jelas Edison.
Sejauh ini, para pemulia membuat hibrida-hibrida baru untuk memperoleh varietas unggul: berbuah cepat dan produktivitas tinggi. Menurut Julia F Morton dalam bukunya Fruit of Warm Climate, hingga kini setidaknya terdapat 800 varietas biwa yang tersebar di seluruh dunia. Ratusan varietas itu biasanya dikelompokkan berdasarkan asal tanaman induk: Jepang dan China.
Kedua asal tanaman induk itu mewariskan karakter berbeda. Pada silangan dengan tanaman induk asal China, biasanya berdaging buah jingga, kering, dan rasanya tidak terlalu masam. Sedangkan varietas asal Jepang berdaging putih, daging buah berair, dan asam. Hasil silangan para pemulia juga mempersingkat waktu berbuah perdana.
Sedangkan Frits Silalahi, Kepala Kebun Percobaan Tanaman Buah Brastagi, Sumatera Utara, mengatakan biwa asal biji biasanya baru belajar berbuah umur 8 tahun.
Menurut Frits Silalahi, PT Merek Indah Lestari telah mengembangkan kawasan wisata agroteknologi yang salah satu komoditasnya adalah biwa. Sebanyak 3.000 pohon dibudidayakan di lahan 6 ha. “Sekarang juga baru belajar berbuah,”  ujar Frits. #

(Sumber : Harian MedanBisnis/ agriprospect.blogspot.com) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar