POTENSI bebek atau itik bukan hanya pada telurnya. Saat ini,
permintaan terhadap daging bebek juga sangat besar, seiring makin berkembangnya
usaha kuliner daging bebek - mengikuti trend konsumsi masyarakat yang makin menggemari
daging unggas ini.
Kondisi ini tentu jadi peluang bagi peternak bebek, permintaan
akan bebek untuk dipotong juga ikut terangkat. Tak heran, saat ini makin banyak
peternak bebek yang beralhih dari fokus pada produksi telur menjadi produksi
daging, atau kombinasi keduanya.
Terlebih, bagi sebagian peternak, dengan mengusahakan bebek
pedaging akan lebih mudah dan murah, karena tak harus pusing untuk mengurusi
secara intensif ternak bebek tersebut supaya mau rutin bertelur. Karena
pastinya, bebek yang ‘cuti’ bertelur dua tiga hari saja sudah menyebabkan
kerugian bagi peternak, karena toh pakannya tak mungkin dihentikan.
Tapi, meskipun beternak bebek pedaging lebih mudah, tetap
harus dipahami teknis yang benar, sehingga peternak bisa mencapai target waktu
pemeliharaan sehingga tak ‘tekor’ mengeluarkan biaya untuk pakan dalam jumlah
yang lebih besar.
Banyak juga peternak bebek pedaging, terutama yang masih
pemula, lalai dalam memperlakukan peliharaannya, sehingga bukan untung yang
didapat tapi malah bunting.
Berikut ini, kami ulas 10 kesalahan yang sering dilakukan
oleh peternak bebek pedaging. Semoga bermanfaat bagi yang tengah mengembangkan
usaha ini atau yang baru ingin mencoba.
1. Sistem Angon
Bebek Pedaging mempunyai kecenderungan tidak terlalu banyak
gerak karena semakin banyak bergerak maka proses pembakaran tubuh semakin
tinggi, yang menyebabkan proses pembentukan daging menjadi terhambat. Sehingga
tidak tepat apabila bebek pedaging diberi aktivitas terlalu banyak.
2. Kolam Air/Kubangan
Sifat bebek pada dasarnya menyukai air. Tetapi pada
penanganan bebek pedaging dengan memberi kolam atau kubangan sama dengan
memberi aktivitas yang terlalu tinggi pada bebek. Selain itu kolam/kubangan
berpotensi mengandung kuman/kotoran, di mana bebek pedaging sangat rentan
terhadap penyakit.
3. Paparan Sinar Matahari
Perbandingan area kandang yang ternaungi atap dan terpapar
sinar matahari adalah 70 banding 30. Artinya luas ideal kandang bebek yang
terpapar langsung sinar matahari adalah 30% dari luas kandang sedangkan yang
ternaungi 70%. Hal ini dikarenakan bebek pedaging mempunyai kandungan lemak
yang lebih tinggi dibanding bebek petelur, sehingga apabila paparan sinar
matahari terlalu banyak akan menyebabkan tingkat penguapan tubuh bebek akan
lebih tinggi.
Tetapi bukan berarti tidak sama sekali diberikan sinar
matahri akan lebih baik, karena sinar matahari pagi juga dibutuhkan sebagai
pembunuh kuman dan vitamin bagi makhluk hidup.
4. Pakan Berlebihan
Beberapa peternak beranggapan bahwa pemberian pakan yang
bersambung akan lebih efektif. Pada kenyataan di lapangan, hal itu tidak
sepenuhnya benar, karena pada beberapa peternak yang sukses, justru pemberian
pakan yang terjadwal akan lebih efisien. Hal ini selain lebih irit, juga
pemberian pakan yang berlebihan akan menyebabkan tingkat metabolisme tubuh akan
rendah dan tingkat penyerapan sari makanan berkurang.
5. Jarang Divaksin
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan/pendidikan peternak bebek lebih rendah dibanding peternak ayam. Hal
ini berkaitan dengan pemberian vaksin pada bibit sangat jarang dilakukan pada
peternak bebek pemula. Padahal vaksin sangat diperlukan untuk mencegah penyakit
dan mengurangi kematian di usia menjelang panen.
6. Tidak Diberi Penghangat
Prinsip pola kandang yang membedakan antara bebek petelur
dan padaging di antaranya adalah sistem penghangat. Fakta di lapangan
menunjukkan sangat jarang peternak bebek pedaging menggunakan sistem penghangat
di malam hari. Artinya, pada sistem ternak bebek pedaging akan lebih baik
apabila pada bibit usia muda (0-20 hari) diberi penghangat berupa tungku
pemanas. Hal ini disebabkan proses pertumbuhan bebek ditentukan pada usia yang
masih muda.
Apabila bebek usia muda selalu diberi penghangat pada saat
malam hari akan membuat tingkat stress bebek diminimalisir sehingga proses
pertumbuhan akan menjadi normal dan optimal.
7. Mengabaikan Kebersihan Lantai
Lantai pada pola kandang bebek akan lebih maksimal apabila
pada setiap kali masa panen selalu diganti dengan yang baru. Artinya pada tiap
awal musim, lantai diberi lapisan yang dapat menyerap kotoran (bubuk gergaji
kayu, pasir, damen, dll) dan setiap kali panen lapisan atas dibuang. Hal ini
untuk mengurangi tingkat penguapan kotoran yang mengandung gas amoniak, di mana
gas amoniak sangat merugikan pada kesehatan udara pada ternak.
Pada beberapa peternak penanganan tersebut hanya dengan
memberi lapisan baru tanpa membuang lapisan yang bawah.
8. Air Minum Berlebih
Pemberian air minum pada beberapa peternak pemula kurang
memperhatikan kebersihan air. Pemberian air minum yang tepat pada bebek adalah
dengan menempatkan tempat air minum di luar kandang, sehingga bebek hanya minum
dengan menjulurkan kepala ke tempat air. Tetapi apabila menempatkan tempar
minum di dalam kadang akan mudah menjadi becek karena diinjak-injak. Dan
apabila air becek tersebut terminum oleh bebek akan beresiko bebek terkena
cacingan (tidak sehat) karena air yang terminum bercampur dengan kotoran. Pada
akhirnya akan mengurangi kualitas pada saat panen.
9. Tanpa Sistem Sortir
Sistem beternak bebek yang ideal adalah dengan sistem
bertingkat, artinya apabila kapasitas kandang mencapai 1000 ekor maka kandang
dibuat berpetak setiap 200-250 setiap 10 hari. Sistem sotir di sini artinya
adalah bahwa setiap 7 hari sekali bebek yang tingkat pertumbuhannya lambat
dipisahkan atau digabung dengan bebek usia yang lebih muda, begitu juga
sebaliknya bebek yang pertumbuhannya sangat besar digabungkan dengan bebek yang
usianya lebih tua. Ini untuk menghindari dominasi bebek besar terhadap bebek
yang lebih kecil pada saat makan. Hal ini jarang diperhatikan pada beberapa
peternak yang tidak mau melakukan sortir.
10. Individual
Pada sistem jaringan bisnis, peternak bebek jauh tertinggal
oleh peternak ayam. Pada sistem peternakan ayam akan lebih mudah untuk mencapai
kesuksesan karena sistem bisnis mereka sudah terintegrasi dari hulu sampai
hilir. Sedangkan pada peternak bebek yang sudah mencapai tingkatan itu sangat
kecil, bahkan di beberapa daerah tidak ada konsep terintegrasi sama sekali.
Sebagai contoh; peternak bebek hanya menjalin beli putus
(tidak ada kerja sama) baik dengan penyuplai bibit (DOD) maupun dengan suplier.
Akibatnya, peternak bebek selalu dihantui oleh kepastian suplai DOD dan oleh
proses pemasaran pada saat panen, akibatnya bebek akan dijual (walaupun di
bawah usia ideal 40 hari) apabila sudah melebihi nilai modal. Padalah, apabila dimaksimalkan sampai usia
yang ideal 40 hari bebek akan mempunyai nilai yang lebih tinggi. #
Tidak ada komentar:
Posting Komentar