Minggu, 02 November 2014

JANGAN REMEH, BUDIDAYA GENJER JUGA PROSPEKTIF

BANYAK yang kenal genjer, banyak pula yang suka jenis sayuran ini. Tapi sayangnya, belum banyak yang membudidayakan komoditas ini, padahal peluang usaha budidayanya cukup prospektif bahkan menjanjikan keuntungan yang tak bisa dianggap remeh.
Selama ini genjer lebih sering dianggap sebagai gulma di areal persawahan yang ditanami padi. Sebagian petani lalu memanfaatkan gulma ini sebagai sayuran.
Di sejumlah wilayah kota besar, budidaya genjer sudah dimulai meskipun masih dalam skala yang sangat terbatas. Mereka yang membudidayakan khusus tanaman ini, mungkin tahu betul betapa peluang usahanya yang cukup besar.
Apalagi, genjer diminati karena mengandung berbagai unsur gizi. Setiap 100 g genjer mengandung energi 39 kkal, protein 1,7 g, karbohidrat 7,7 g, kalsium 62 mg, fosfor 33 mg dan zat besi 2,1 mg. Sayuran ini juga kaya akan serat. Daun dan bunga genjer mengandung kardenolin. Di samping itu daunnya juga mengandung flavonoida dan polifenol.
Sayuran ini dipercaya mampu menghindarkan sembelit dan kanker karena
kandungan seratnya yang tinggi. Selain itu daun dan bunga genjer berkhasiat sebagai penambah nafsu makan. Untuk menambah nafsu makan, bisa mengolah 15 g daun genjer, lalu dicuci dan dikukus setengah matang, kemudian dimakan sebagai lalapan.
Di Kota Medan, genjer yang masih muda dijual seharga Rp 2.000/ikat, sementara daun yang sudah tua pun bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak khususnya bebek.
Di wilayah kota sekitarnya, seperti Binjai dan Stabat, harganya nyaris sama.
"Memang tidak terlalu mahal, namun lumayan untuk menambah pendapatan keluarga. Sekitar Rp 1.800/ikat, itu harga tolak petani kepada pengecer,"
kata Salim, petani genjer di Binjai. Salim khusus mengembangkan tanaman genjer di lahan seluas tiga rante, setiap hari dia dapat memanen hasil.
Selain di pasar trasional, genjer bisa ditemui di pasar swalayan, mungkin harganya lebih mahal dari yang disebutkan Salim tadi.
Coba kita lebih mengenal tanaman ini. Sama halnya dengan selada air (Nasturtium microphyllum, Nasturtium officinale), dan kangkung (Ipomoea aquatica), genjer (Yellow velvetleaf, Limnocharis flava), adalah tanaman air. Tanaman ini baru bisa tumbuh optimal di lahan yang tergenang air sepanjang tahun.
Beda dengan kangkung yang mampu tumbuh mengapung di permukaan air, genjer - dan juga selada air – harus tumbuh di dasar perairan (di atas lumpur). Sebagian pelepah daunnya bias tergenang dalam air, tetapi daunnya mutlak harus berada di atas permukaan air. Hingga genjer harus dibudidayakan di lahan yang tergenang air maksimal 20 cm. Tanpa genangan air, tanaman akan merana dan mati.
Genjer bukan tumbuhan asli Indonesia, melainkan berasal dari Amerika Tropis (Amerika Tengah dan Selatan). Tanaman ini masuk ke Indonesia, dibawa oleh bangsa Portugis, dan Belanda, sebagai tanaman hias. Daun genjer yang berwarna hijau kekuningan memang tampak seperti berlapis beludru halus. Itulah sebabnya tanaman ini disebut Yellow velvetleaf.
Selain daunnya yang menawan, bunga genjer yang berwarna kuning juga dianggap eksotis bagi masyarakat Eropa abad XVI dan XVII. Maka mereka pun membawanya dari Amerika Tropis ke Asia, dan juga Afrika. Sama dengan eceng gondok (Eichhornia crassipes), yang mereka datangkan dari Afrika sebagai tanaman hias, dan kemudian menyebar sebagai gulma air.
Genjer berkembang biak secara generatif dengan biji, serta vegetatif dengan sulur (anakan). Maka dalam waktu cepat genjer menyebar ke seluruh lahan basah dataran rendah dan menengah di Indonesia, terutama di lahan sawah.
Bersama dengan tanaman air lainnya, genjer kemudian menjadi gulma bagi tanaman padi sawah. Meskipun dalam waktu cepat menyebar ke areal persawahan, genjer bukan menjadi gulma yang potensial mengancam tanaman padi. Beda dengan eceng gondok, yang kemudian menjadi gulma yang mengancam perairan tropis, dan sampai sekarang sulit untuk diatasi, genjer tidak terlalu mengganggu tanaman padi di sawah. Bahkan para petani bias memanfaatkannya sebagai sayuran yang cukup lezat citarasanya.
Genjer yang tumbuh di sawah sebagai gulma padi, akan hilang setelah tanaman pokoknya tumbuh rapat. Hingga panen genjer biasanya dilakukan bersamaan dengan penyiangan padi.
Tanaman genjer dapat hidup selama satu tahun dan berbunga di sepanjang
tahun. Para petani umumnya menanam genjer dengan bibit berupa tanaman cabutan dari areal sawah atau perairan umum lain. Tanaman genjer liar ini mereka budidayakan di lahan yang sepanjang tahun akan tergenang air. Baik lahan di pinggiran rawa, maupun bagian dari kolam ikan yang agak dangkal airnya.
Sampai sekarang masih jarang petani yang sengaja membudidayakan genjer
secara monokultur dalam skala komersial yang agak luas. Ini mirip dengan
pertanyaan: mana yang lebih dulu, ayam atau telur? Petani takut
membudidayakan genjer, karena konsumennya belum jelas. Sementara
konsumen juga belum mendapat jaminan, bahwa pasokan genjer akan lancar
sepanjang tahun.
Padahal diketahui, sayur genjer sudah merambat ke segala golongan, hal ini terbukti dengan ditemukannya sayur genjer yang sudah terdapat di restoran atau kaki lima. Seiring dengan meningkatnya kesadaran
masyarakat dalam hal kesehatan, maka konsumsi masyarakat akan genjer
pun meningkat.
Jadi, kalau kita yakin bahwa genjer juga banyak peminatnya dan cukup laku di pasaran, kenapa takut untuk membudidayakannya secara khusus. #

9 komentar:

  1. Malam,, mhon info gun.. dmn aa bisa beli benih genjer.. jika ada tlong info ke saya ya gun. Di no 081275780909... trims

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya ada bibit genjer siap tanam,,, bentuk pohon + biji genjer 085290755545 jateng

      Hapus
  2. perlu brp banyak pak wahyudi

    BalasHapus
  3. perlu brp banyak pak wahyudi

    BalasHapus
    Balasan
    1. maaf, benih genjernya berupa tanaman atau biji pak ?
      saya mau budidaya genjer.mohon infonya.hubungi saya di 0823-0248-4043

      Hapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. harga benih genjer berapa pak?
    saya belum tau bentuknya biji atau bungkusan.
    mohon info ke email saya luckynovianto@gmail.com
    terimakasih

    BalasHapus