Senin, 27 Oktober 2014

TOPAZ, DOLLAR HIJAU PERSEMBAHAN ASIAN AGRI


MELALUI penelitian dan riset oleh tenaga ahli dan dukungan laboratorium dalam kurun waktu yang panjang, Oil Palm Research Station (OPRS) Topaz Asian Agri telah mempersembahkan satu jenis bibit unggul kelapa sawit yang diprediksi memberi produksi optimal.
“Dengan genetis bibit unggul dan manajemen kebun yang baik, maka kebun kelapa sawit dapat berproduksi optimal dan terus meningkat  baik dari segi kualitas maupun kuantitas,” papar Kepala OPSR Topaz Asian Agri, Ang Boon Beng, seperti dikutip dari Jambidaily.
Topaz diharapkan bisa bersaing dengan bibit produksi Marihat dan Lonsum.  Topaz merupakan bibit unggul dengan produktivitas tinggi, rata-rata 32 ton per ha. Masa panen buah juga lebih cepat, rata-rata 15-18 ton per ha tandan buah segar (TBS) pada tahun pertama, 19-25 ton TBS pada tahun kedua dan 26-30 ton per ha pada tahun ketiga.
Setelah itu pada tahun keempat hingga ke-15 berproduksi sawit hingga 31-35 ton per ha.
Asril, juru bicara PT Inti Indosawit Subur - anak usaha Asian Agri yang mengelola kebun sawit di Pekanbaru – mengatakan pasar bibit sawit Topaz adalah petani sawit rakyat dan petani plasma Asian Agri. Pihaknya, seperti dikatakan pada KONTAN,  berusaha menjual banyak bibit sawit Topaz ke petani rakyat karena saat ini banyak keluhan maraknya bibit sawit palsu.
“Bibit palsu memiliki produktivitas rendah, 16-17 ton per ha sehingga merugikan petani rakyat," kata Asril.
Selain Asian Agri, produsen bibit sawit lokal adalah PPKS Medan, Socfindo, London Sumatera, Bina sawit Makmur (Sampoerna Agro) dan Dami Mas, Tania Selatan (Wilmar International), Bakti Tani Nusantara, Sarana Inti Pratama (Salim Grup) dan Sasaran Eksan Mekarsari.
Bibit Topaz sendiri merupakan perkawinan Dura Deli dan Pisifera Negeria (Topaz 1), Pisifera Ghana (Topaz 2), Pisifera Ekona (Topaz 3), Dura Deli dan Pisifera Yangambi (Topaz 4). Walnya dikembangkan tahun 1992 dan mulai ditanam di kebun Topaz pada 1996.
Tidak hanya sisi produksi, penggunaan bibit Topaz dapat memberi keunggulan lain, seperti pertumbuhan meninggi yang lambat, cepat berbunga, adaftip terhadap lahan marginal dan berpotensi panen lebih awal.
Keberhasilan perkebunan kelapa sawit sendiri ditentukan 30-40 persen genetis dan 60 persen pengelolaan yang baik.
Salah seorang petani sawit yang menggunakan dan mendapatkan pembinaan dari OPSR Topaz, M Damanik menceritakan, pada awalnya dia menanam 226 bibit Topaz pada lahannya di Petapahan, dalam sebulan mampu memberi hasil hingga Rp 4 juta dari dua kali panen.
Tidak hanya Damanik, sejumlah pemilik kebun sawit di sekitar Petapahan ikut menikmati hasil Topaz “si dollar hijau”.
Baru-baru ini. bibit kelapa sawit Topaz yang telah dikembangkan dan menjadi unggulan Asian Agri Grup ini menarik perhatian para pengunjung pameran Pekan Raya Labuhanbatu 2014 di Lapangan Ika Bina, Rantauprapat.
Pengunjung tertarik, karena jarang melihat buah kelapa sawit sedemikian besar.  “Buahnya besar-besar, mungkin kalau ditanam di Labuhanbatu para petani bisa punya hasil maksimal,” kata R Wardhana.
 Koordinator CSR Asian Agri Sumut, Fajar Suryono seperti dikutip dari Analisa mengatakan,  bagi masyarakat yang ingin mendapatkan pembinaan teknologi pertanian dari Asian Agri, pihaknya bersedia membantu melalui program kemitraan petani swadaya yang merupakan salah satu dari lima program coorporate social responsibility (CSR) Asian Agri.
Asian Agri Grup memiliki program CSR  yang terbagi ke dalam lima bidang yakni kemitraan petani swadaya, pengembangan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan karikatif.
Di Kabupaten Labuhanbatu, program itu dilaksanakan di PT Hari Sawit Jaya dan PT Andalas Intiagro Lestari di Desa Kuala Bangka, Desa Sentang, Kecamatan Kualuh Hilir, dan Desa Sei Tarolat, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bilah Hilir, dengan total luas lahan petani yang dibina mencapai 3.303 ha. 

“Program ini dilakukan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat petani sawit yang berada di sekitar perusahaan Asian Agri,” ujarnya. #

Tidak ada komentar:

Posting Komentar