MELALUI penelitian dan riset oleh tenaga ahli dan dukungan laboratorium
dalam kurun waktu yang panjang, Oil Palm Research Station (OPRS) Topaz Asian Agri
telah mempersembahkan satu jenis bibit unggul kelapa sawit yang diprediksi
memberi produksi optimal.
“Dengan genetis bibit unggul dan manajemen kebun yang
baik, maka kebun kelapa sawit dapat berproduksi optimal dan terus
meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas,” papar Kepala OPSR
Topaz Asian Agri, Ang Boon Beng, seperti dikutip dari Jambidaily.
Topaz diharapkan bisa bersaing dengan bibit produksi Marihat
dan Lonsum. Topaz merupakan bibit unggul
dengan produktivitas tinggi, rata-rata 32 ton per ha. Masa panen buah juga
lebih cepat, rata-rata 15-18 ton per ha tandan buah segar (TBS) pada tahun
pertama, 19-25 ton TBS pada tahun kedua dan 26-30 ton per ha pada tahun ketiga.
Setelah itu pada tahun keempat hingga ke-15 berproduksi
sawit hingga 31-35 ton per ha.
Asril, juru bicara PT Inti Indosawit Subur - anak usaha
Asian Agri yang mengelola kebun sawit di Pekanbaru – mengatakan pasar bibit
sawit Topaz adalah petani sawit rakyat dan petani plasma Asian Agri. Pihaknya, seperti
dikatakan pada KONTAN, berusaha menjual
banyak bibit sawit Topaz ke petani rakyat karena saat ini banyak keluhan
maraknya bibit sawit palsu.
“Bibit palsu memiliki produktivitas rendah, 16-17 ton per ha
sehingga merugikan petani rakyat," kata Asril.
Selain Asian Agri, produsen bibit sawit lokal adalah PPKS
Medan, Socfindo, London Sumatera, Bina sawit Makmur (Sampoerna Agro) dan Dami
Mas, Tania Selatan (Wilmar International), Bakti Tani Nusantara, Sarana Inti
Pratama (Salim Grup) dan Sasaran Eksan Mekarsari.
Bibit Topaz sendiri merupakan perkawinan Dura Deli dan
Pisifera Negeria (Topaz 1), Pisifera Ghana (Topaz 2), Pisifera Ekona (Topaz 3),
Dura Deli dan Pisifera Yangambi (Topaz 4). Walnya dikembangkan tahun 1992 dan
mulai ditanam di kebun Topaz pada 1996.
Tidak hanya sisi produksi, penggunaan bibit Topaz dapat
memberi keunggulan lain, seperti pertumbuhan meninggi yang lambat, cepat berbunga,
adaftip terhadap lahan marginal dan berpotensi panen lebih awal.
Keberhasilan perkebunan kelapa sawit sendiri ditentukan
30-40 persen genetis dan 60 persen pengelolaan yang baik.
Salah seorang petani sawit yang menggunakan dan mendapatkan
pembinaan dari OPSR Topaz, M Damanik menceritakan, pada awalnya dia menanam 226
bibit Topaz pada lahannya di Petapahan, dalam sebulan mampu memberi hasil
hingga Rp 4 juta dari dua kali panen.
Tidak hanya Damanik, sejumlah pemilik kebun sawit di sekitar
Petapahan ikut menikmati hasil Topaz “si dollar hijau”.
Baru-baru ini. bibit kelapa sawit Topaz yang telah dikembangkan
dan menjadi unggulan Asian Agri Grup ini menarik perhatian para pengunjung
pameran Pekan Raya Labuhanbatu 2014 di Lapangan Ika Bina, Rantauprapat.
Pengunjung tertarik, karena jarang melihat buah kelapa sawit
sedemikian besar. “Buahnya besar-besar,
mungkin kalau ditanam di Labuhanbatu para petani bisa punya hasil maksimal,”
kata R Wardhana.
Koordinator CSR Asian Agri Sumut, Fajar Suryono seperti
dikutip dari Analisa mengatakan, bagi
masyarakat yang ingin mendapatkan pembinaan teknologi pertanian dari Asian
Agri, pihaknya bersedia membantu melalui program kemitraan petani swadaya yang
merupakan salah satu dari lima program coorporate social responsibility (CSR)
Asian Agri.
Asian Agri Grup memiliki program CSR yang terbagi ke dalam lima bidang yakni kemitraan
petani swadaya, pengembangan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan karikatif.
Di Kabupaten Labuhanbatu, program itu dilaksanakan di PT
Hari Sawit Jaya dan PT Andalas Intiagro Lestari di Desa Kuala Bangka, Desa
Sentang, Kecamatan Kualuh Hilir, dan Desa Sei Tarolat, Desa Sidomulyo,
Kecamatan Bilah Hilir, dengan total luas lahan petani yang dibina mencapai 3.303
ha.
“Program ini dilakukan dalam meningkatkan perekonomian
masyarakat petani sawit yang berada di sekitar perusahaan Asian Agri,” ujarnya.
#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar