Minggu, 07 September 2014

SAFRIL, PIONIR BUDIDAYA LELE PHYTON DI SUMUT


SIAPA yang tak kenal lele? Ikan dengan kumis panjang ini akrab di telinga masyarakat dan menjadi pilihan untuk usaha. Selama ini varietas lele bertumpu pada lele dumbo dan sangkuriang. Kini, muncul lele jenis baru bernama python yang dikembangkan di Sumatera Utara.
Adalah Safril Ketua Pembudidayaan Lele Python Langkat yang mengklaim lele python lebih menjanjikan dibanding lele dumbo. Safril mengembangkan lele python di kawasan Desa Banyumas, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, beberapa tahun terakhirTidak hanya mengedepankan bisnis, Safril membagikan bibit lele secara gratis kepada masyarakat, agar bisa memulai usaha pengembangbiakkan lele python. Kelak, dia ingin Langkat menjadi sentra pembudidayaan lele phyton di Sumatera Utara dan bisa membantu ekonomi rakyat Langkat.
"Kami melihat sentra-sentra ekonomi untuk kerakyatan mana yang bisa lebih membantu income masyarakat. Misalnya untuk membantu uang sekolah anak dan lainnya. Kami melihat lele python pilihan yang bagus,” ujarnya.
Di lahan seluas 1.600 meter dan dengan 24 kolam yang diisi lele, Safril mengungkapkan pilihannya memilih lele python. Berangkat dari keresahannya agar ekonomi rakyat bisa terangkat. Safril bersama beberapa temannya, sepakat membuat budidaya lele. “Kami melihat ikan lele jumbo baru bisa dipanen dalam tiga bulan, ikan gurame selama enam bulan. Kalau lele python hanya satu bulan setengah sudah bisa dipanen dan dijual dengan rata-rata lima sampai delapan ekor satu kilo,” ujarnya di lokasi Pembudidayaan Lele Python, Desa Banyumas, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, Sumnatera Utara.
Dia menambahkan, meski varietas baru, lele python tidak sulit dipelihara. Lele Phyton merupakan perkawinan silang antara Lele Afrika dan Lele Thailand. Hampir sama dengan lele pada umumnya, namun tingkat kematian lele ini hanya 5-10 persen. Persentase rendah ini tercapai, karena sejak kecil sudah diberikan imune. Salah satu indikator tingginya kualitas lele phyton bisa dilihat dari konversi pakannya. Memiliki FCR (Food Convertion Ratio) 1:1, maka satu kilogram pakan yang diberikan kepada lele phyton juga akan menghasilkan sekilo daging. Bandingkan dengan FCR milik lele sangkuriang yang punya perbandingan 1: 0,81.
“Sejak bayi sudah kami berikan imune berupa super tetra, agar bisa aman terjamin. Lele ini lebih lincah dibanding lele lainnya dan bentuknya agak ramping. Kalaupun lele ini berkelahi sesama jenisnya, dan ada yang luka kena patil, maka lukanya cepat sembuh,” timpalnya.
Untuk bisa mengembangkan budidaya lele ini, mantan anggota DPRD Langkat periode 1999-2009 ini harus terbang ke Kabupaten Pandeglang, Banten. Daerah ini menjadi sentra pembudidayaan lele python kali pertama di Indonesia. Di Padeglang, Ketua PDIP Langkat serius mempelajari detail cara pembudiyaan lele ini langsung dari para ahli. Kurang lebih dua minggu, bapak lima anak ini berada di Padeglang.
Setelah itu, saat kembali ke Sumatera Utara, Safril membeli 10 pasang indukkan untuk dikembangkan. Satu indukan dibelinya Rp3 juta. Tak disangka, sampai di Medan, wilayah pembudidayaan yang sudah siap pakai, langsung difungsikan. Lele tersebut sukses dipanen dan sudah punya ribuan bibit.
Kini Safril mengenalkan dan membagikan bibit lele ini untuk dimanfaatkan warga. Masing-masing kelompok masyarakat peternak ikan mendapatkan bibit dan dia pun memberikan penyuluhan gratis kepada masyarakat yang ingin tahu bagaimana cara memelihara lele ini.
Sejatinya, kata Safril, Langkat bukan daerah pertama di Sumatera Utara yang mengembangkan lele ini. Sebelumnya, Safril membuka di Batubara, sayang karena kurang dukungan, Safril lantas membuka di Langkat dan tak dinyana sukses sesuai target, bisnis dan misi sosial. “Sekarang, ini jadi yang pertama di Sumatera Utara,” ungkapnya.
Safril tidak meragukan pangsa pasar lele jenis baru ini. Meski masih samar terdengar di Sumatera Utara, dia yakin usaha ini sangat menjanjikan dibanding lele jenis lain. Di Pandeglang saja, lele jenis ini sudah menjadi pilihan dalam usaha lele penyet atau pecal lele.
Satu yang menjadi keunggulan varietas lele ini tak lain produktivitas tinggi mencapai 30 sampai 50 ribu sekali bertelur. Dengan stok yang kini dipunyai Safril mencapai 300 ribu ekor ikan, sudah banyak permintaaan dari daerah lain. Aceh, Pekanbaru sudah mengirimkan permintaan 75 ribu ekor. “Provinsi lain sudah meminta pesanan sampai 75 ribu ekor, namun kami belum bisa memenuhi semua. Karena, kami harus pastikan di Sumut dulu,” tegas mantan pemain klub sepakbola Indonesia, PSMS Medan era 80-an ini.
Dia mengurai dalam 1000 ekor lele ini, masyarakat sudah bisa mendapatkan paling sedikit Rp800 ribu sekali panen. Dalam 1000 ekor bisa menghasilkan 120 kg lele. Jika lele dumbo dijual Rp15 ribu per kilo, maka lele python cukup Rp12 ribu per kilo saja sudah menguntungkan. Satu bibit lele dijual Safril seharga Rp100 sampai Rp400 tergantung jenis. Untuk bibit lele 06 dihargai Rp100, 08 Rp200, 010 Rp300 dan 012 Rp400. Harga bibit ini memang terbilang sangat murah. Harga yang disengaja, agar masyarakat mampu membeli. Untuk bibit 012, lanjut Safril sudah termasuk bibit unggul yang bisa dipanen sebelum masa sebelum setengah.
“Di luar sumbangan bibit gratis, jika untuk masyarakat ingin membeli 1000 ekor bibit menghabiskan dana Rp200 ribu ditambah pakan Rp500 ribu, jadi biaya hanya Rp700 ribu. Sementara dengan harga jual Rp12 ribu per kilo sudah bisa menghasilkan kurang lebih Rp1,5 juta. Makanya saya bilang ini menguntungkan. Kami juga menerima hasil panen warga, jika mereka kesulitan memasarkannya,” ungkapnya.
Pria kelahiran 11 Agustus 1960 ini mengatakan, dari 24 kolam yang dibuat di lokasi pembudidayaan sudah 12 kolam yang habis, lantaran dibagi-bagikan ke warga. “Jadi konsepnya, kami berikan gratis ke masyarakat hanya untuk kali pertama. Kami tidak akan berikan untuk orang yang sama kedua kali. Saya memang tidak terlalu memikirkan profiit dulu saat ini, yang penting masyarakat Langkat bisa ikut membudidayakan lele ini dan bisa menambah penghasilan keluarganya. Semoga lele ini juga bisa jadi komoditi yang terkenal dari Langkat,” bebernya.
Namun, Safril tidak menutup peluang bagi masyarakat di daerah lain di Sumatera Utara yang ingin mendapatkan bibit gratis darinya. “Boleh, dari daerah lain boleh minta. Akan kami berikan, sepanjang benar-benar dipelihara dan dikembangbiakkan,” tuturnya.
Alumni IAIN Padang ini mengatakan awal membangun Sentra Pembudidayaan Lele Python di Langkat, menghabiskan dana Rp50 juta. Ini mulai dari pembuatan kolam, bibit, dan biaya operasional lainnya. Untuk kolam, Safril tidak hanya bertumpu pada kolam tanah dan batu, namun dia memanfaatkan bahan plastik terpal berwarna biru. “Jadi tidak harus repot kalau memang mau. Jika lokasi di rumah terbatas, tinggal ambil bambu dan dirangkai sederhana dan dialasi terpal sudah bisa kok,” timpalnya.
Saat memulai ini, Safril juga sempat mengalami kendala, yakni kehilangan indukkan yang dari pertama dia beli di Pandeglang lantaran hanyut saat hujan deras di lokasi. “Ada yang sudah sebesar anak bayi, tapi hanyut saat banjir besar. Saya perkiraan kolam tidak akan menguap, rupanya salah prediksi. Tapi sekarang sudah diantisipasi,” tukasnya.
Soal nama lele ini, Safril mengaku cukup unik. Selain sudah dikenal di Pandeglang, dia suka menyebutnya sebagai lele yang fit dan lincah dengan beratnya ber ton-ton. “Rasanya juga lebih enak, karena lele ini gesit. Jadi kandungan lemak di dalam tubuhnya sedikit. Apalagi, lele mengandung omega tiga yang baik untuk tubuh,” ucapnya.
Safril mengaku modal awal Rp50 juta itu tidak jadi masalah, melihat antusias warga sangat luar biasa, termasuk Bupati Langkat, Ngogesa Sitepu. Bupati juga hadir dalam peresmian lokasi sentra pembudidayaan lele python ini. Beliau memberikan apresiasi kepada Safril, karena mau berkreasi dan berbuat untuk menaikkan pendapatan masyarakat melalui budidaya lele ini. Pada saat peresmian tersebut, Ngogesa Sitepu bahkan memberikan bantuan Rp20 juta kepada Safril dkk untuk pembuatan pakan lele (pelet) agar bisa berguna bagi semua masyarakat.
Kini, Safril mempersilahkan masyarakat yang ingin membudidayakan jenis ikan ini, untuk datang ke tempatnya, belajar dan berdiskusi mengenai tehnik-teknik budidaya. Atau mempersilahkan menghubunginya di nomor 087882199522/08126560682.

#
(Sumber : Majalah Pengusaha Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar