MEDAN - Perkembangan system pertanaman hidroponik di Kota Medan masih kalah dengan kota-kota besar lain di Indonesia, terutama kota-kota di Pulau Jawa.
“Di Jawa sedang booming, tapi kita di sini masih sangat sedikit yang melakukan ,” kata Kepala Bidang Distribusi dan Akses pada Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kota Medan, Ali Usman Zuhri, Selasa (13/1), di sela pelatihan teknik bertanam hidroponik di Gerai UMKM Sumut, Jalan Perpustakaan Medan.
Padahal, sambung Usman, ada ceruk bisnis yang sangat besar dari pertanaman hidroponik ini, terutama dari supermarket atau café-café yang menyediakan olahan sayur serta buah-buahan.
“Umumnya tanaman hidroponik berkualitas lebih baik dari hasil pertanian konvensional. Harganya pasti lebih tinggi, dan kita bisa pasarkan dengan harga premium,” imbuhnya.
BKP Medan melihat peluang bisnis ini, untuk disosialisasikan ke masyarakat. Terutama bagi pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi masyarakat sendiri, melihat masih sangat sedikit asupan pangan berkualitas dari bahan sayuran dan buah-buahan bagi masyarakat Indonesia khususnya.
“Kita di Indonesia konsumsi sayur dan buah rata-rata baru 40 kg per orang per kapita. Padahal anjuran WHO 75 kg per orang per kapita. Masih ada selisih yang cukup banyak,” katanya.
Dengan pertanaman sistem hidroponik ini, menurut Usman, bisa dilakukan oleh masyarakat yang kepemilikan lahannya terbatas. Sementara biaya yang harus dikeluarkan juga relatif murah. Karena khusus untuk medianya sendiri bisa memanfaatkan barang-barang bekas, seperti botol air mineral serta wadah-wadah lain.
“Sementara hasilnya bernilai jual tinggi,” katanya.
Maka dari itu BKP intens melakukan sosialisasi ke masyarakat, khususnya ke kalangan petani. Sosialisasi kemarin diikuti puluhan anggota Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kota Medan, menghadirkan pembicara Samuel Wu, praktisi hidroponik Kota Medan.
Samuel mengaku, sebagai pelaku usaha hidroponik ini, dia sudah mendapati kondisi pasar yang justru kekurangan pasokan tanaman hasil pertanaman hidroponik.
“Saya sendiri tidak mampu memenuhi tingginya permintaan pasar. Jadi kalau lebih banyak lagi orang yang mau menjalankan usaha ini, saya senang, karena mungkin kita bisa melakukan interaksi pasar. Saya siap bantu membukakan pasar bagi produk hidroponik milik masyarakat,” kata Samuel.
Ketua KTNA Medan Purnama Dewi Daulay mengakui, dari banyaknya anggota KTNA, masih sangat sedikit yang melirik peluang usaha hidroponik ini. Jadi sekarang pihaknya coba memperkenalkan. #
Tidak ada komentar:
Posting Komentar