MEDAN - Masyarakat diajak untuk mengembangkan tanaman asam gelugur, jenis tanaman yang sebenarnya punya potensi ekonomi cukup tinggi namun belum banyak dilirik masyarakat untuk dikembangkan.
"Belum banyak yang tahu potensi asam gelugur, atau bahkan menganggapnya sepele. Padahal, dengan hanya mempunyai lima pohon asam gelugur, sudah bisa untuk menyekolahkan anak," kata dosen Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Panca Budi Medan, Ruth Ria Ate Tarigan, Kamis (23/10/2014).
Bukannya tanpa dasar Ruth mengatakan demikian, karena keluarganya juga mengembangkan tanaman asam gelugur. Orang tua Ruth punya lahan seluas dua hektare di Pancurbatu, Deliserdang, yang sebagian ditanami asam gelugur.
"Dari sana sudah bisa menghasilkan rupiah tiap hari. Karena tanaman ini memang tidak kenal musim, terus saja berbuah. Serta masa hidupnya lama, sampai puluhan tahun," katanya.
Atas dasar itu pula, Ruth tertarik untuk mengangkat judul mengenai budidaya tanaman asam gelugur dalam satu proyek penelitiannya. Hasil penelitiannya itu pekan lalu dipaparkan dalam International Conference on Multidiciplinary Research (ICMR), seminar internasional yang mengupas berbagai hasil penelitian, di Medan.
Ruth tidak mengupas soal materi penelitiannya mengenai pengembangan bibit tanaman asam gelugur dengan berbagai media tanam. Dia lebih menjelaskan pada soal potensi ekonomi komoditas tersebut.
"Makanya, penelitian ini sebenarnya juga untuk mendorong dan mengajak masyarakat mengembangkan tanaman asam gelugur, karena nilai ekonominya cukup tinggi," katanya lagi.
Dia menyebutkan, buah tanaman yang bernama latin Garcinia astroviridis saat ini bukan cuma digunakan untuk bumbu masak, tapi berbagai industri juga menggunakannya terutama untuk mendapatkan kandungan asamnya yang cukup tinggi.
"Industri pengalengan ikan sarden misalnya, bahkan minuman kebugaran yang dikemas dalam botol atau sachet juga memakai asam gelugur. Makanya, komoditas ini punya nilai jual ekspor," ucapnya.
Pengalaman Ruth, harga asam gelugur saat ini berkisar Rp 4.500 per kg. Kalaupun terjadi fluktuasi harga, tidak terlalu besar. "Kita jual buah asam gelugur seperti jual batu, yang dihitung kan beratnya," imbuh Ruth.
Namun, dia menyayangkan belum banyak pihak yang melirik tanaman tersebut. Di Sumut sendiri, khususnya kawasan sekitar Kota Medan, dia melihat sentra tanaman ini di wilayah Delitua atau Pancurbatu.
"Kalau saja ada pihak yang lebih serius mengembangkan tanaman ini, mungkin suatu saat Sumatera Utara bisa mempunyai satu lagi komoditas ekspor andalan," ujarnya, seraya mengimbau pihak terkait terutama pemerintah untuk turut mengajak masyarakat mengembangkan tanaman ini. #
(Sumber : MedanBisnis)
Tolong info bibitnya dan obat terhadap penyakit busuk batangnya (berlendir).
BalasHapusCoba hubungi ibu Ruth Tarigan di 081361016970
Hapus