PEMBUATAN media bertanam sayuran dengan konsep hidroponik tidaklah sulit. Begitu pula dengan bahan-bahan yang digunakan cukup mudah untuk didapatkan. Dari sisi ekonomi juga cukup murah.
Albana Sembiring yang mempraktekkan hidroponik di halaman rumahnya kawasan Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, mengakui hal tersebut.
“Pembuatannya tidak sulit, bisa dengan menggunakan pipa, atau bisa juga menggunakan bak,” katanya.
Meskipun media tanam yang digunakan termasuk sederhana, namun dari
situ Albana bisa mendapatkan keuntungan tidak sedikit. Ia mengaku
hanya mengeluarkan modal Rp 500.000 untuk membuat media tanam
berupa bak yang terbuat dari terpal, papan, pipa, sterofom, bambu dan
bahan lainnya yang mudah dan murah.
Kini, dari panen yang bisa dilakukan setiap hari, dia bisa menjual
sayuran dengan harga yang kompetitif.
Dari bak yang sama, dirinya bisa memanen sayuran berkali-kali
dengan cara yang sangat mudah. “Kita cukup membuang airnya,
kemudian mengganti bibitnya,” katanya.
Hidroponik adalah cara budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanam tanah, tapi menggunakan media inert (media yang tidak menyediakan unsur hara, fungsinya hanya sebagai buffer atau penyangga tanaman) seperti batu gravel, pasir, atau peat yang diberi larutan hara yang mengandung semua elemen penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal tanaman.
Untuk hidroponik, biasanya dipilih tanaman yang masa panennya singkat seperti sayuran selada.
Salah satu media buffer adalah rockwool - berasal dari batu basalt yang dipanaskan hingga mencair, lantas diputar kencang hingga menjadi serabut-serabut halus yang jadi mirip harumanis. Serabut-serabut tadi lantas dipadatkan seperti kain wool yang terbuat dari rock. Itulah sebabnya
dinamakan rockwool.
Ada instalasi hidroponik yang menggunakan sistem NFT (Nutrient Film Technique), di mana larutan nutrisi dipompa secara konstan masuk ke wadah tumbuh untuk kemudian mengalir melalui akar-akar tanaman dan kembali ke
wadah penampung. Sistem ini tidak menggunakan media tanam selain udara.
Akar tanaman dibiarkan menjuntai ke dalam larutan nutrisi (bare root system/sistem akar telanjang).
Selain NFT, ada pula sistem Dutch Bucket yang menggunakan media tanam. Contohnya bisa digunakan media batu gravel yang diletakkan dalam wadah seperti pot. Atau bisa digunakan bekas wadah es krim.
Di situ larutan nutrisi mengalir dari permukaan wadah menuju bawah mengenai perakaran tanaman. Wadah dilubangi di bagian samping dan dipasangi pipa untuk mengalirkan sisa nutrisi menuju wadah penampungan.
Baik sistem NFT maupun Dutch Bucket menggunakan system tertutup, di mana larutan nutrisi yang berada di wadah penampungan dipompakan kembali ke wadah tumbuh secara terus-menerus.
Hidroponik dapat dilakukan di dalam dan di luar ruangan. Hidroponik
indoor menggunakan sistem pencahayaan khusus untuk menggantikan
ketiadaan sinar matahari.
Dengan bertanam hidroponik di dalam ruangan, kelembaban menjadi
lebih terkontrol, sehingga membuat masalah bakteri lebih jarang muncul.
Hidroponik bisa mengurangi kerepotan yang umum timbul saat Anda
berkebun secara konvensional seperti keharusan menyiangi gulma dan pengendalian hama. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar