PERMINTAAN akan
ikan konsumsi terus mengalami peningkatan. Volume ekspor ikan segar dan olahan pun
terus mengalami pertambahan. Oleh sebab itu, berwirausaha dalam budidaya ikan cukup
menjanjikan.
Namun sayangnya, berbagai
keterbatasan membuat usaha budidaya ikan sering terkendala, mulai dari
keterbatasan lahan hingga yang paling utama pemenuhan kebutuhan pakan. Kita
maklumi, harga pakan ikan pabrikan kini sangat mahal, kadang tidak sebanding
dengan hasil penjualan ikan yang diproduksi.
Tapi jangan terpaku
pada persoalan tersebut, seperti kata orang bijak : ada kemauan pasti ada
jalan.
Ya, untuk
persoalan keterbatasan kemampuan memenuhi kebutuhan pakan ikan tersebut, kita
dapat mengatasinya dengan inovasi menciptakan pakan alami yang murah namun
bergizi tinggi bagi ikan yang dipelihara. Dan salah satu usaha yang banyak
dilirik saat ini adalah beternak cacing sutra.
Budidaya cacing
sutera merupakan peluang usaha yang cukup potensial dan mendatangkan keuntungan
besar. Ingat, ini tidak hanya layak dilakukan bagi pembudidaya ikan, tapi yang
tidak pun bisa mencoba peruntungan dengan budidaya cacing sutera ini. Toh,
hasilnya bisa dijual ke peternak ikan!
Mengenal Cacing
Sutera
Cacing sutera yang
dalam bahasa ilmiahnya disebut Tubifex sp adalah jenis cacing kecil yang
habitatnya di daerah air tawar dengan tubuh beruas-ruas, sehingga termasuk
keluarga nematoda. Cacing sutera dikenal juga dengan nama cacing rambut atau
cacing darah.
Dengan panjang
tubuh hanya sekitar 1-3 cm dan tubuh dibalut warna merah menjadikan binatang
ini cukup menggelikan bagi sebagian orang, khususnya kaum wanita. Namun bagi
ikan piaraan, cacing sutera merupakan jenis makanan alami yang sangat bergizi,
sehingga berperan bagus bagi pertumbuhan ikan.
Cacing Sutera
merupakan jenis binatang yang berkelamin ganda (hermaprodit) dengan proses
perkembangbiakan secara bertelur. Daur hidup cacing ini mulai dari telur hingga
menjadi dewasa dan bertelur sekitar 50-60 hari.
Memulai Usaha
Budidaya Cacing Sutra
Mengambil cacing
sutera dari alam tentu saja tidak dapat mengimbangi perkembangan kebutuhan para
breeder ikan. Karena itu penyedia cacing sutera belum bisa memenuhi sepenuhnya
permintaan. Cacing sutera hasil tangkapan dari alam tidak sepanjang waktu
tersedia, cacing ini biasanya mudah dijumpai pada saat musim kemarau dimana air
sungai surut. Namun pada saat musim penghujan dimana air sungai meluap, habitat
cacing akan tersapu air sungai sehingga sulit diperoleh.
Karena itu langkah yang diambil adalah memeliharanya.
Karena itu langkah yang diambil adalah memeliharanya.
Bibit cacing
sutera biasanya diperoleh dengan cara mengambil langsung di alam, seperti
selokan dan kolam-kolam tanah atau membeli di toko-toko pakan ikan. Media yang
digunakan untuk budidaya cacing sutra umumnya berupa kolam kubangan lumpur
dengan ukuran 1x2 m atau 2x4 m dan kedalaman 40-50cm.
Namun ada cara
yang lebih mudah dan lebih intensif dalam memelihara cacing sutera ini, ketimbang
dengan media kolam. Yakni dengan menggunakan nampan plastik dan disusun dalam
rak vertikal sehingga hemat lahan dan memaksimalkan hasil panen.
Teknik budidaya
dengan menggunakan nampan plastik atau baskom akan menjadikan pengelolaan dan
perencanaan produksinya lebih mudah.
Dengan cara ini
pula, biaya penyusutan bisa diminimalisir serta bisa menerapkan SCRS
(Semi-Closed Re-sirculating System) alias mendaur ulang air dengan bantuan
pompa air yang mendistribusikannya dari kolam/tabung penjernih kembali ke wadah
budidaya. Untuk meningkatkan kualitas oksigen terlarut dalam kolam
penampungan/penjernih air bisa menggunakan aerator ataupun blower.
Rak penyusun
wadah bisa terbuat dari kayu atau bambu. Namun waktu ekonomis dan kekuatan dari
kedua bahan tersebut tidak lama meski lebih murah. Opsi lain adalah menyusun
wadah dalam rak besi atau alumunium namun biaya pembuatannya yang lebih mahal diimbangi
dengan masa pakai dan kekuatan yang lebih bagus.
Untuk penyiapan habitat cacing sutera menggunakan lumpur yang kaya unsur organik. Lumpur ini bisa diambilkan dari lumpur dari kolam pemeliharaan ikan misalnya ikan lele. Namun bila sulit ditemukan bisa menggunakan campuran lumpur sawah/saluran air, kotoran ayam, ampas tahu, dedak dengan komposisi 5 : 1 : 1 : 1 dan ditambah bahan probiotik/tetes tebu (molase).
Untuk penyiapan habitat cacing sutera menggunakan lumpur yang kaya unsur organik. Lumpur ini bisa diambilkan dari lumpur dari kolam pemeliharaan ikan misalnya ikan lele. Namun bila sulit ditemukan bisa menggunakan campuran lumpur sawah/saluran air, kotoran ayam, ampas tahu, dedak dengan komposisi 5 : 1 : 1 : 1 dan ditambah bahan probiotik/tetes tebu (molase).
Biarkan campuran
lumpur ini selama satu minggu untuk proses fermentasi dalam wadah tertutup
(tong/gentong) dan diberi lubang angin kecil untuk kebutuhan oksigen selama
proses fermentasi berlangsung. Setelah kurang lebih seminggu media lumpur siap
dijadikan sebagai habitat budidaya cacing sutera dengan ciri-ciri tidak
menimbulkan bau busuk. Lumpur fermentasi ini kemudian disebarkan ke
masing-masing wadah budidaya dengan ketebalan lk 4-5 cm dan biarkan selama
seminggu sebelum penebaran bibit cacing.
Pakan cacing bisa dibuat seperti halnya membuat lumpur media budidaya yaitu dalam wadah tertutup (dan diberi saluran oksigen) dengan mencampur bahan-bahan organik seperti dedak, ampas tahu dan kotoran ayam dan biarkan mengalami fermentasi selama seminggu. Pemberian pakan hasil fermentasi ini bisa diberikan seminggu sekali ke dalam masing-masing wadah.
Pakan cacing bisa dibuat seperti halnya membuat lumpur media budidaya yaitu dalam wadah tertutup (dan diberi saluran oksigen) dengan mencampur bahan-bahan organik seperti dedak, ampas tahu dan kotoran ayam dan biarkan mengalami fermentasi selama seminggu. Pemberian pakan hasil fermentasi ini bisa diberikan seminggu sekali ke dalam masing-masing wadah.
Panen perdana
dilakukan setelah bibit cacing dipelihara selama kurang lebih 60 hari, panen
berikutnya bisa dilakukan setiap seminggu sekali. Panen bisa dilakukan dengan
bertahap yaitu tidak mengambil keseluruhan cacing namun mengambil lapisan atas
media budidaya (2 cm lapisan teratas). Hal ini dilakukan agar produksi atau
panen dapat dilakukan secara kontiniu setiap hari. Sehingga kita pun bisa
memanen duit hasil penjualan cacing ini setiap hari pula.
Perlu diingat,
setiap kali melakukan panen, media budidaya perlu diberikan pupuk tambahan yang
proses pengolahannya sama seperti pembuatan media budidaya.
Jadi, apakah anda
tertarik mencoba usaha ini? #
Tidak ada komentar:
Posting Komentar