Kamis, 29 Januari 2015

Mengendalikan Penyakit Antraknosa pada Tanaman Cabai

PENYAKIT antraknosa atau lebih dikenal dengan istilah “pathek”  adalah penyakit yang masih ditakuti petani cabai hingga saat ini. Penyakit antraknosa disebabkan cendawan Colletotrichum capsici Sydow dan Colletotrichum gloeosporioides Pens.
Penyakit ini sangat susah dikendalikan, jika sudah terlanjur menyerang. Kerugian yang ditimbulkan pun bisa mencapai 100%.
Apalagi pada musim hujan, cendawan akan berkembang dengan sangat pesat saat kelembaban udara lebih dari 80 rH dengan suhu 32 derajat Celsius. Semua tahap pertumbuhan bisa terserang penyakit ini, termasuk tahap pascapanen.
Gejalanya akan tampak pada buah yang matang. Buah yang matang menjadi kecil, terdapat cekungan melingkar hingga 30 mm. Pusat luka menjadi berwarna coklat, dengan jaringan di sekitarnya berwarna lebih ringan mengelilingi pusat luka membentuk cincin konsentris.
Untuk mengendalikan penyakit pathek  pada tanaman cabai tidak bisa dilakukan hanya saat dimulainya serangan, namun harus dari awal proses penanaman.
Langkah-langkah yang bisa  dilakukan untuk pencegahan, yang utama adalah penggunaan bibit yang sehat. Jika menggunakan bibit sendiri, jangan menggunakan dari bekas cabai yang terserang patek. Karena spora jamur tersebut mampu bertahan pada benih cabai.
Pemilihan lokasi tanam juga penting, gunakan yang bukan bekas tanaman cabai, terong, tomat dan lain-lain yang satu famili dengan cabai. Spora Gloeosporium maupu Colletotricum mampu beradaptasi hidup dalam tanah dalam waktu tahunan
Ada varietas cabai yang lebih tahan terhadap pathek, biasanya cabai keriting lebih tahan.  Pergunakan jarak tanam yang ideal sesuai dengan varietas yang ditanam, usahakan jangan terlalu rapat karena hal ini akan sangat membahayakan keselamatan tanaman cabai.
Lalu pada masa penanaman, pergunakan pupuk dasar maupun kocoran yang rendah unsur Nitrogen, karena unsur N hanya akan membuat tanaman cabai menjadi rentan. Selain itu unsur N juga akan membuat tanaman menjadi rimbun yang akan meningkatkan kelembaban di sekitar tanaman.
Sebaliknya perbanyak unsur Kalium dan Kalsium untuk membantu pengerasan kulit buah cabai.
Pada masa pemeliharaan, pergukan mulsa plastik untuk menghindari penyebaran spora jamur melalui percikan air hujan.
Lakukan pencegahan dengan penyemprotan fungisida kontak berbahan aktif mankozeb atau tembaga hidroksida secara rutin satu minggu sekali . Hanya saja cara ini betentangan dengan konsep pengendalian hama secara terpadu.
Ada upaya lain yang perlu dilakukan, yakni mengurangi kerimbunan tanaman. Untuk perlakuannya, gunakan peralatan yang terbebas dari sumber penyakit pathek
Nah, jika langkah-langkah diatas sudah dilakukan tetapi masih terjadi serangan penyakit, segera buang tanaman yang sakit, kalau perlu membakarnya.
Setelah itu segera melakukan tindakan penyelamatan terhadap cabai yang belum terserang secepatnya, karena pathek bisa menyebar dalam hitungan jam. Tindakan yang perlu dilakukan adalah menyemprot dengan fungisida kontak (Dithane, Nordox, Kocide, Antracol, Dakonil, dll) bersamaan dengan sistemik (Derosal, Bion M, Amistartop, dll). (mul)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar