Rabu, 22 Oktober 2014

DURIAN 3 KAKI, LEBIH CEPAT BESAR DAN CEPAT BERBUAH

MASYARAKAT mengenal buah durian yang banyak dijual di pasaran dengan berbagai jenis dan rasa. Ada jenis durian sikesip, kucing titun, musangking, siginting, sikapal, atau pelangi. Sementara berdasarkan rasa dan asal misalnya durian Bahorok, Talun Kenas, Sidikalang, Aceh, dan lain sebagainya.
Masih sangat banyak jenis durian, begitu juga soal rasa ada yang lebih nikmat. Untuk bisa dikategorikan sebagai durian unggul, harus bisa memenuhi kriteria 20% dari berat buahnya bisa dikonsumsi, alias memiliki daging tipis. Sementara durian yang memiliki daging tipis, biarpun rasanya nikmat hanya disebut sebagai durian lokal.
Biasanya, penangkar durian menjadikan durian lokal untuk batang bawah dalam pembibitan, sementara batang atas atau sambungannya didapat dari jenis durian unggul. Dalam pertumbuhannya, batang bawah dan batang atas yang berbeda karakteristik ini memiliki peran masing-masing yang sama menentukan.
Sedikit ilustrasi, penggunaan durian lokal sebagai batang bawah untuk mendapatkan tanaman yang lebih tahan terhadap serangan hama ataupun penyakit. Selain itu, untuk mendapatkan perakaran yang lebih kokoh. Hal ini biasanya tidak didapat dari jenis durian ungul, karena itu yang diharapkan dari durian unggul ini adalah ketebalan daging serta rasanya.
Dan umumnya, penangkar menggunakan satu batang bawah dan satu batang atas untuk menumbuhkan satu bibit tanaman. Tapi ada yang berbeda dari apa yang dilakukan Ismail Ginting. Penangkar durian di Dusun 3 Namo Pecawir, Desa Namo Suro Baru, Kecamatan Biru-biru, Kabupaten Deli Serdang – atau 45 menit perjalanan dari Medan – ini menciptakan bibit durian unggul dengan tiga kaki sekaligus. Atau dengan tiga batang bawah.
Sejak delapan tahun lalu Ismail sudah menerapkan teknik ini. Dia menambah dua batang bawah lagi, sehingga untuk satu batang bibit durian unggul (barang atas) ditopang dengan tiga batang bawah. Bahkan dia juga mencobanya dengan 5, 9 dan 11 kaki.
Sebagaimana ditulis di MedanBisnis, Ismail menambahkan kaki tersebut untuk memacu pertumbuhan tanaman agar lebih cepat, ketimbang yang hanya dengan satu kaki atau satu batang bawah.
Semakin banyak asupan nutrisi yang diserap tiap batangnya, akan mempercepat pertumbuhan batang. "Kalau biasanya untuk mencapai tinggi 1,5 meter hingga 2 meter butuh waktu 2 sampai 3 tahun, dengan tiga kaki atau lebih bisa dicapai dalam waktu setahun saja," katanya.
Penangkar yang sudah mengoleksi lebih dari 50 jenis durian dari seluruh Indonesia, Malaysia dan Thailand ini menjelaskan, ide menambah kaki ini berawal dari kekhawatiran akan kemungkinan hilangnya pohon durian karena sudah banyak ditebangi untuk dijadikan kayu bangunan. Ia mengibaratkan laju penebangan pohon durian seperti orang berlari dan penanaman pohon durian seperti orang berjalan.
"Pertumbuhan pohon durian kan butuh waktu lama, umumnya baru akan berbuah pada usia minimal lima tahun," katanya.
Dia menyebutkan, pertumbuhan tanaman durian paling rawan terjadi pada saat mencapai tinggi 1,5 meter hingga 2 meter, yakni pada tanaman berusia sekitar 1 tahun. Untuk mencapai tinggi tersebut, banyak hal bisa terjadi jika keliru dalam perawatan. Misalnya serangan jamur dan penyakit lain.
Karena itu, untuk memacu pertumbuhannya, harus dijamin bahwa asupan nutrisi dari tanah lancar. Untuk bibit satu kaki, untuk mencapai tinggi tersebut memerlukan waktu selama 2 sampai 3 tahun. Sedangkan dengan menambah kaki maka pertumbuhannya lebih cepat dari itu.
Selain itu dengan banyaknya kaki, tanaman tersebut tidak akan mudah roboh. Semakin tua usia tanaman, sambungan tersebut jadi tidak terlihat lagi karena semua batang menyatu, hanya akarnya menyebar lebih jauh.
Dengan jumlah kaki yang banyak pula, jika dipandang akan memiliki nilai estetika karena keunikannya.
Ismail mengatakan, teknik menyambung dengan tiga kaki atau lebih sebenarnya sudah dilakukan penangkar di Jawa, yang dikenal dengan durian bhineka bawor. Bedanya, di Jawa penyambungan banyak kaki hanya dilakukan untuk beberapa varietas, sementara Ismail melakukanya pada semua varietas durian unggul yang dikoleksinya.
Dalam teknik penyambungan, tidak ada perbedaan dengan penyambungan pada umumnya. Yang penting harus mempertimbangkan tinggi batang sambungan. Yang paling baik jarak antara sambungan dengan tanahnya sekitar 15 sampai 20 cm guna menghidari cipratan air bercampur tanah akibat hujan ataupun sirapan yang bias menyebabkan jamur. #

Tidak ada komentar:

Posting Komentar