Senin, 20 Oktober 2014

BETERNAK CACING SUTERA SECARA INTENSIF, PANEN DUIT TIAP HARI





PERMINTAAN akan ikan konsumsi terus mengalami peningkatan. Volume ekspor ikan segar dan olahan pun terus mengalami pertambahan. Oleh sebab itu, berwirausaha dalam budidaya ikan cukup menjanjikan.
Namun sayangnya, berbagai keterbatasan membuat usaha budidaya ikan sering terkendala, mulai dari keterbatasan lahan hingga yang paling utama pemenuhan kebutuhan pakan. Kita maklumi, harga pakan ikan pabrikan kini sangat mahal, kadang tidak sebanding dengan hasil penjualan ikan yang diproduksi.
Tapi jangan terpaku pada persoalan tersebut, seperti kata orang bijak : ada kemauan pasti ada jalan.
Ya, untuk persoalan keterbatasan kemampuan memenuhi kebutuhan pakan ikan tersebut, kita dapat mengatasinya dengan inovasi menciptakan pakan alami yang murah namun bergizi tinggi bagi ikan yang dipelihara. Dan salah satu usaha yang banyak dilirik saat ini adalah beternak cacing sutra.
Budidaya cacing sutera merupakan peluang usaha yang cukup potensial dan mendatangkan keuntungan besar. Ingat, ini tidak hanya layak dilakukan bagi pembudidaya ikan, tapi yang tidak pun bisa mencoba peruntungan dengan budidaya cacing sutera ini. Toh, hasilnya bisa dijual ke peternak ikan!

Mengenal Cacing Sutera
Cacing sutera yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Tubifex sp adalah jenis cacing kecil yang habitatnya di daerah air tawar dengan tubuh beruas-ruas, sehingga termasuk keluarga nematoda. Cacing sutera dikenal juga dengan nama cacing rambut atau cacing darah.
Dengan panjang tubuh hanya sekitar 1-3 cm dan tubuh dibalut warna merah menjadikan binatang ini cukup menggelikan bagi sebagian orang, khususnya kaum wanita. Namun bagi ikan piaraan, cacing sutera merupakan jenis makanan alami yang sangat bergizi, sehingga berperan bagus bagi pertumbuhan ikan.
Cacing Sutera merupakan jenis binatang yang berkelamin ganda (hermaprodit) dengan proses perkembangbiakan secara bertelur. Daur hidup cacing ini mulai dari telur hingga menjadi dewasa dan bertelur sekitar 50-60 hari.

Memulai Usaha Budidaya Cacing Sutra
Mengambil cacing sutera dari alam tentu saja tidak dapat mengimbangi perkembangan kebutuhan para breeder ikan. Karena itu penyedia cacing sutera belum bisa memenuhi sepenuhnya permintaan. Cacing sutera hasil tangkapan dari alam tidak sepanjang waktu tersedia, cacing ini biasanya mudah dijumpai pada saat musim kemarau dimana air sungai surut. Namun pada saat musim penghujan dimana air sungai meluap, habitat cacing akan tersapu air sungai sehingga sulit diperoleh.
Karena itu langkah yang diambil adalah memeliharanya.
Bibit cacing sutera biasanya diperoleh dengan cara mengambil langsung di alam, seperti selokan dan kolam-kolam tanah atau membeli di toko-toko pakan ikan. Media yang digunakan untuk budidaya cacing sutra umumnya berupa kolam kubangan lumpur dengan ukuran 1x2 m atau 2x4 m dan kedalaman 40-50cm.
Namun ada cara yang lebih mudah dan lebih intensif dalam memelihara cacing sutera ini, ketimbang dengan media kolam. Yakni dengan menggunakan nampan plastik dan disusun dalam rak vertikal sehingga hemat lahan dan memaksimalkan hasil panen.
Teknik budidaya dengan menggunakan nampan plastik atau baskom akan menjadikan pengelolaan dan perencanaan produksinya lebih mudah.
Dengan cara ini pula, biaya penyusutan bisa diminimalisir serta bisa menerapkan SCRS (Semi-Closed Re-sirculating System) alias mendaur ulang air dengan bantuan pompa air yang mendistribusikannya dari kolam/tabung penjernih kembali ke wadah budidaya. Untuk meningkatkan kualitas oksigen terlarut dalam kolam penampungan/penjernih air bisa menggunakan aerator ataupun blower.
Rak penyusun wadah bisa terbuat dari kayu atau bambu. Namun waktu ekonomis dan kekuatan dari kedua bahan tersebut tidak lama meski lebih murah. Opsi lain adalah menyusun wadah dalam rak besi atau alumunium namun biaya pembuatannya yang lebih mahal diimbangi dengan masa pakai dan kekuatan yang lebih bagus.
Untuk penyiapan habitat cacing sutera menggunakan lumpur yang kaya unsur organik. Lumpur ini bisa diambilkan dari lumpur dari kolam pemeliharaan ikan misalnya ikan lele. Namun bila sulit ditemukan bisa menggunakan campuran lumpur  sawah/saluran air, kotoran ayam, ampas tahu, dedak dengan komposisi 5 : 1 : 1 : 1 dan ditambah bahan probiotik/tetes tebu (molase).
Biarkan campuran lumpur ini selama satu minggu untuk proses fermentasi dalam wadah tertutup (tong/gentong) dan diberi lubang angin kecil untuk kebutuhan oksigen selama proses fermentasi berlangsung. Setelah kurang lebih seminggu media lumpur siap dijadikan sebagai habitat budidaya cacing sutera dengan ciri-ciri tidak menimbulkan bau busuk. Lumpur fermentasi ini kemudian disebarkan ke masing-masing wadah budidaya dengan ketebalan lk 4-5 cm dan biarkan selama seminggu sebelum penebaran bibit cacing.
Pakan cacing bisa dibuat seperti halnya membuat lumpur media budidaya yaitu dalam wadah tertutup (dan diberi saluran oksigen) dengan mencampur bahan-bahan organik seperti dedak, ampas tahu dan kotoran ayam dan biarkan mengalami fermentasi selama seminggu. Pemberian pakan hasil fermentasi ini bisa diberikan seminggu sekali ke dalam masing-masing wadah.
Panen perdana dilakukan setelah bibit cacing dipelihara selama kurang lebih 60 hari, panen berikutnya bisa dilakukan setiap seminggu sekali. Panen bisa dilakukan dengan bertahap yaitu tidak mengambil keseluruhan cacing namun mengambil lapisan atas media budidaya (2 cm lapisan teratas). Hal ini dilakukan agar produksi atau panen dapat dilakukan secara kontiniu setiap hari. Sehingga kita pun bisa memanen duit hasil penjualan cacing ini setiap hari pula.
Perlu diingat, setiap kali melakukan panen, media budidaya perlu diberikan pupuk tambahan yang proses pengolahannya sama seperti pembuatan media budidaya.
Jadi, apakah anda tertarik mencoba usaha ini? #

Tidak ada komentar:

Posting Komentar