Minggu, 12 Oktober 2014

BERAS HITAM BERCITARASA BANGSAWAN


ARTIKEL okezone.com beberapa waktu lalu mengupas profil usahawan muda bernama Sochi yang mengenalkan produk olahan dari beras hitam organik. Beras seharga Rp 30.000-an/kg itu diolahnya sehingga mendatangkan keuntungan ganda.
Sochi memperkenalkan brand Wedang Beras Hitam, minuman seduh yang dikemas dalam bentuk sachet. Dengan mengolah beras hitam itu dia kini memiliki pendapatan Rp 30 juta/bulan.
Tapi dalam artikel ini, kami tidak membahas dulu soal bisnis Sochi tersebut. Kami membahas soal beras hitam yang memiliki nilai tinggi.
Belum banyak orang di Indonesia yang tahu apa itu beras hitam. Beras putih atau beras merah pasti lebih familiar.  Beras hitam juga beda dengan ketan hitam, yang selama ini mudah dijumpai di pasar.  Ketan (sticky rice)  karbohidratnya lengket, sedangkan beras hitam tidak selengket ketan, meskipun masih sedikit lengket. Lain lagi, ketan hitam tidak memiliki kandungan seperti yang ada dalam beras hitam.
Beras hitam punya banyak keistimewaan, di antaranya kandungan antioksida yang tinggi, beras hitam bisa mengeluarkan detox sehingga sangat baik untuk kesehatan. Sedangkan kadar glukosanya masih di bawah beras merah sehingga cocok dikonsumsi penderita diabetes.
Beras hitam memiliki nama berbeda-beda, tergantung di mana beras hitam tersebut berada. Di Solo dikenal dengan beras  wulung, di Sleman dengan nama cempo ireng atau beras jlitheng, di Bantul disebut beras melik dan di kawasan  Subang beras  dikenal dengan beras gadog.
Konon pada zaman dahulu hanya petani istimewa yang ditunjuk  untuk menanam beras ini, dan khusus dikonsumsi keluarga keraton. Bahkan di China dulu ini beras terlarang bagi rakyat  biasa. Orang China juga memungsikannya sebagai obat.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) menyatakan sampai saat ini belum diketahui apakah beras hitam dengan nama sebutan yang berbeda-beda tersebut plasma nutfahnya sama atau berbeda. Yang jelas beras hitam ini memiliki keistimewaan, di antaranya selain umur panennya yang panjang yaitu 5 bulan, mempunyai rasa nasi enak, pulen, wangi dan memiliki kandungan mineral antosianin yang sangat baik untuk kesehatan.  Wajar jika disamakan dengan citarasa para bangsawan.
Akhir-akhir ini peminat beras hitam semakin banyak, padahal harga beras hitam  lebih mahal dari beras merah, apalagi beras putih. Makanya petani bisa meraup pendapatan yang cukup besar dari bercocok tanam beras atau padi hitam ini. Sayangnya belum banyak  petani yang mengusahakan jenis tanaman ini.
Satu dari sedikit petani yang mengusahakannya adalah Purwanto. Dikutip dari situs Kontan, petani beras hitam asal Bantul, Yogyakarta ini memanfaatkan lahan seluas 2,5 hektare untuk bertanam padi hitam yang bisa menghasilkan sekitar 4 ton gabah per hektare setiap kali panen. Ia menjual beras hitam seharga Rp 17.000/kg."Tetapi di pasaran harganya bisa mencapai Rp 34.000/kg," ujarnya.
Disebutkan, proses penanaman padi hitam tidak jauh beda dengan padi biasa.Hanya, sistem tanamnya menggunakan system of rice intensification (SRI) . Yakni penyemaiannya menggunakan besek dan penanamannya dengan biji tunggal atau tidak merumpun.
Namun, umur tanam padi hitam lebih lama dibandingkan padi jenis lainnya. Padi hitam membutuhkan waktu 120 sampai 140 hari. Adapun masa tanam padi putih hanya 90 hari. Selain itu, bulir-bulir pada padi hitam lebih sedikit jumlahnya ketimbang padi putih.
Karena proses penanamannya masih secara organik, penanganan terhadap hama juga dilakukan secara alami. Contoh, untuk memberantas walang sangit, Purwanto hanya menggunakan bunga dan daun keningkir. Untuk pupuk, ia memanfaatkan sisa buah dan kotoran hewan ternak.
Kebiasaan di sana dalam satu tahun petani bisa menanam padi hitam antara dua hingga tiga kali.
Jadi silahkan dihitung-hitung. Jika memang menguntungkan, tidak ada salahnya dicoba. #


Tidak ada komentar:

Posting Komentar